Paulus di Roma
Published by Stanley Pouw in 2024 · 12 May 2024
Kita akan melihat bagian akhir dari Kisah Para Rasul 28:17 - 31. Sekarang, paragraf yang akan kita lihat adalah bagian akhir dari Kisah Para Rasul dalam sejarah gereja. Pada mulanya kitab ini dimulai ketika Tuhan kita Yesus Kristus mengutus Roh Kudus, dan berkata, “Kalian akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem, di Yudea, Samaria dan di ujung bumi.” Dan itulah format kitab Kisah Para Rasul.
Injil itu dimulai di Yerusalem, lalu ke seluruh Yudea, kemudian ke Samaria, dan akhirnya sampai ke ujung bumi. Sekarang, pada titik ini, rekamannya berhenti, namun ceritanya tidak berakhir. Kisah gereja akan terus berlanjut sepanjang kekekalan, karena kisah ini tidak akan berakhir. Faktanya, saat ini di tahun 2024, kami sedang menulis kelanjutan dari Kisah Para Rasul, ketika Roh Allah terus membangun gereja.
Kisah Para Rasul dalam arti sebenarnya adalah sebuah kitab yang belum selesai. Itu berakhir tanpa akhir. Ayat 30-31 mengatakan, “Dua tahun penuh Paulus tinggal di rumah sewaannya dan menyambut semua orang yang mengunjunginya, 31 memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus dengan penuh keberanian dan tanpa hambatan.” Dan di sanalah semuanya berakhir. Kami tidak tahu apa yang terjadi pada akhir dua tahun itu.
Ini adalah kisah yang tidak ada habisnya. Catatan itu berhenti ditulis; tetapi ceritanya terus berlanjut. Akhirnya kita sampai di kota Roma. Mulai dari tiga ribu orang yang diselamatkan pada hari Pentakosta hingga mereka yang akan percaya di sini, di paragraf terakhir Kisah Para Rasul 28. Kita melihat kesatuan gereja sebagaimana itu lahir dalam Kisah Para Rasul 2. Kita melihat persekutuan gereja sebagai itu dipamerkan di dunia.
Kita kemudian melihat reaksi para pemimpin Yahudi dan penganiayaan yang terjadi, yang mengakibatkan penyebaran Injil dan pertobatan rasul Paulus. Kita telah melihat bagaimana gereja menyebar, dan akhirnya mencapai kota Roma. Memang itu tidak lengkap, tetapi cukup banyak yang telah ditulis untuk mengungkapkan sumber kuasa bagi gereja, yaitu Roh Kudus.
Dan sekarang, kita sampai pada halaman terakhir. Gereja telah menyebar ke Roma, dan Paulus akhirnya tiba di sana, setelah bertahun-tahun merindukannya. Nah, ketika kami mendekati ayat 17, marilah kami berikan sedikit latar belakang tentang seperti apa kota Roma ketika Paulus tiba. Ayat 16 memberitahu kami bahwa dia datang ke Roma. Dan orang-orang kudus menyambutnya; mereka bertemu dengannya, dan mereka keluar sejauh 43 mil dari kota untuk menyambutnya.
Roma sedang menuju ke bawah pada saat ini. Para diktator Roma telah merebut kekuasaan rakyat, dan apa yang pada awalnya merupakan sebuah republik kini telah mati. Para kaisar telah ambil lebih banyak kuasa, dan kaisar Nero ini mungkin yang terburuk dari semuanya. Faktanya, ketika Paulus tiba, Nero mungkin berusia 25 tahun, tetapi tangannya sudah berlumuran darah karena pembunuhan ibunya sendiri.
Ke dalam keadaan umat manusia yang bejat dan terampas ini datanglah rasul Paulus, utusan Tuhan Yesus Kristus. Dan tertariknya pada Roma bukan bersifat sosiologis, bukan bersifat ekonomi, bukan untuk budaya, tetapi itu hanya untuk penginjilan. Dia ingin memenangkan mereka kepada Yesus Kristus dan mendewasakan umat Kristiani. Sekarang, di tengah-tengah dua juta orang itu, rasul ini terus melayani walaupun dia dirantai.
Ayat 17 – 20, “Setelah tiga hari ia mengumpulkan para pemimpin Yahudi. Ketika mereka sudah berkumpul, Ia berkata kepada mereka, “Saudara-saudara, walaupun aku tidak melakukan apa pun yang bertentangan dengan bangsa kita atau adat istiadat nenek moyang kita, aku diserahkan sebagai tawanan dari Yerusalem ke tangan orang Romawi. 18 Setelah mereka memeriksa saya, mereka ingin melepaskan saya, karena tidak ada alasan untuk hukuman mati di dalam kasus saya.
19 Karena orang-orang Yahudi keberatan, aku terpaksa mengajukan banding ke Kaisar; padahal aku tidak mempunyai tuduhan untuk melawan umatku. 20 Oleh karena itu aku minta untuk bertemu dengan kalian dan berbicara dengan kalian. Faktanya, demi harapan Israel saya memakai rantai ini.” Para pemimpin bukanlah satu orang; mereka adalah banyak orang. Disitu ada 7 -12 sinagoga yang berjalan di Roma saat itu.
Karena dia dirantai, dia tidak bisa pergi ke sinagoga untuk berbicara kepada mereka, jadi dia harus minta mereka datang kepadanya. Dan yang menarik adalah mereka memang datang. Saat ini dia adalah orang yang populer di dunia Romawi. Namun dia adalah orang yang sangat dibenci di dunia Yahudi; di setiap sinagoga dia memenangkan beberapa orang kepada Yesus Kristus, dan berita itu pasti telah sampai kepada orang-orang Yahudi di Roma.
Mereka tertarik dengan apa yang dia katakan tentang Mesias. Dialah orang yang berkeliling dengan semua informasi Mesianis ini, dan tentunya hal Mesianik ini menarik bagi mereka. Jadi, mereka bersedia bertemu dengannya. Ingatlah dalam Kisah Para Rasul 18, orang-orang Yahudi telah diusir dari Roma. Rupanya di bawah Nero mereka diizinkan masuk kembali, karena mereka ada di sana.
Jadi, Paulus harus menjelaskan keadaannya sebagai seorang tahanan. Ia harus menunjukkan bahwa ia tidak bersalah atas segala tuduhan yang ditimpakan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi, dan pada saat yang sama, ia tidak boleh mengasingkan pendengar Yahudinya. Bagaimana? Ia mengatakan, ”Saudara-saudara, walaupun aku tidak melakukan apa pun yang bertentangan dengan bangsa kita atau adat istiadat nenek moyang kita, aku diserahkan sebagai tawanan dari Yerusalem ke tangan orang Romawi.”
Ini adalah pembelaannya yang keenam sejak penangkapannya di Yerusalem. Dia tidak melanggar hukum Yahudi, dia tidak melukai orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi menuduhnya melakukan penghasutan; bahwa dia adalah seorang reaksioner melawan pemerintah Romawi. Mereka menuduhnya melakukan sektarianisme dengan mengatakan bahwa dia adalah pemimpin Nazarene. Mereka juga menuduh dia melakukan penistaan karena dia mencemarkan bait suci, sehingga menghujat Allah.
Dia dibawa ke hadapan Felix, dan dinyatakan tidak bersalah. Dia kemudian dibawa ke hadapan Festus, dan dinyatakan tidak bersalah. Dia kemudian dibawa ke hadapan raja, Agripa, dan sekali lagi dia dinyatakan tidak bersalah. Segala cobaan yang dialaminya membuktikan dirinya tidak bersalah, bahkan huru-hara di depan Sanhedrin yang berakhir dengan perkelahian, karena mereka terpecah belah di tengah-tengah. Dia tidak bersalah.
Apa yang dia katakan adalah, “Ini adalah masalah Yahudi. Orang-orang Yahudi telah mengirim saya ke sini, tetapi di mata hukum Romawi, ketika saya menghadapinya di sana, saya tidak bersalah.” Dia mengatakan, “Meskipun saya tidak bersalah, orang-orang Yahudi terus menekan saya. Sedemikian rupa sehingga satu-satunya jalan keluarku adalah mengajukan permohonan kepada Kaisar dan memindahkan perkara ini ke Roma, dengan harapan aku bisa mendapatkan pengadilan yang adil.”
Ayat 20, “Untuk alasan inilah aku minta untuk bertemu dengan kalian dan berbicara kepada kalian. Faktanya, demi harapan Israel saya memakai rantai ini.” Harapan Israellah yang membawanya ke dalam semua masalah ini. Harapan Israel adalah Mesias. Dan bersamaan dengan hal itu datanglah kebangkitan. Dan karena pemberitaan bahwa Yesus bangkit dari kematian dan memberikan kebangkitan, itulah masalah sebenarnya yang membuat dia ada masalah.
Orang-orang Yahudi tahu bahwa Allah telah menjanjikan seorang Mesias, dan bahwa Mesias itu akan mendatangkan kerajaan Allah. Supaya orang-orang Yahudi yang telah meninggal dapat ikut ambil bagian dalam kerajaan itu, harus ada kebangkitan. Yesaya 26:19 mengatakan, “Orang matimu akan hidup; tubuh mereka akan bangkit. Bangunlah dan bernyanyilah, hai kalian yang diam di dalam debu! Sebab engkau akan diselimuti embun pagi, dan bumi akan mengeluarkan roh-roh yang telah pergi.”
Jadi Paulus mengatakan dalam Kisah Para Rasul 28:20, alasan saya dirantai adalah karena saya telah menyatakan bahwa Mesias telah tiba, Dia telah bangkit dari kematian, dan kebangkitan telah disediakan. Berulang kali Paulus merujuk pada rantai yang ia miliki, yang mengikatnya pada penjaga Romawi selama dua tahun. Apa yang Paulus doakan adalah keterbukaan mendasar, kemauan untuk mendengarkan dari orang-orang Yahudi ini – dan hal itu terwujud.
Ayat 21-22, “Kemudian mereka berkata kepadanya: “Kami belum menerima surat apa pun tentang kamu dari Yudea. Tidak ada satu pun saudara yang datang dan melaporkan atau membicarakan hal jahat tentang Anda. 22 Namun kami ingin mendengar pandangan Anda, karena kami tahu bahwa banyak orang di mana pun menentang sekte ini.” Yang kami dengar hanyalah hal-hal buruk tentang kekristenan; jadi silahkan lanjutkan dan pertahankan itu.
Pemerintah Romawi memandang dengan sangat keras terhadap seseorang yang mengadili suatu kasus tanpa bukti yang kuat. Jadi memang sulit untuk mengadili Paulus, yang adalah warga negara Romawi. Dan kemudian, ada informasi yang baik untuk Paulus dari Festus dan Felix; jadi tidak mungkin ada orang Yahudi yang mau datang ke Roma. Tidak mungkin mereka akan menentang pria ini.
Mereka sebenarnya tahu segalanya tentang agama Kristen. Gereja itu telah didirikan di Roma. Mereka memainkan sedikit diplomasi di sini. Paulus kemudian mulai memberi mereka Injil dan undangan. Semua pemimpin Yahudi itu berkumpul untuk mendengarkan dia berbicara. Ini adalah semacam penggenapan dari Roma 1:14, “Aku berutang kepada orang-orang Yunani dan orang-orang Barbar; kepada yang bijaksana, dan kepada yang tidak bijaksana.”
Ayat 23, “Setelah mengatur satu hari bersama mereka, banyak orang datang kepadanya di penginapannya. Dari fajar hingga senja dia menjelaskan dan bersaksi tentang kerajaan Allah. Dia mencoba meyakinkan mereka tentang Yesus baik dari Hukum Musa maupun dari para Nabi.” Paulus ingin didengarkan oleh seluruh pimpinan bahwa Yesus adalah Mesias. Dan bujukan yang digunakannya adalah nubuatan Perjanjian Lama, Hukum Taurat, dan Kitab Para Nabi.
Yesus memberi tahu mereka bahwa kerajaan itu milik mereka, jika mereka mau menerima Raja. Dan Yesus membuktikan kerajaan itu dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Lihatlah tanggapan mereka di ayat 24-25, “Ada beberapa yang percaya akan perkataannya, tetapi ada juga yang tidak percaya. 25 Karena tidak sependapat satu sama lain, mereka mulai meninggalkan tempat itu setelah Paulus membuat satu pernyataan,”Benarlah Roh Kudus ketika berfirman kepada nenek moyangmu melalui nabi Yesaya.”
Tidak pernah ada penerimaan nasional. Selalu hanya ada sedikit sisa yang percaya. Ini disebut inversi yang artinya pembalikan. Injil pertama kali datang kepada orang Yahudi, namun tragisnya, justru sebaliknya terjadi sekarang. Roh Allah menyampaikan untuk keempat kalinya nubuatan Yesaya yang dimulai pada ayat 25 – 29, “Pergilah kepada orang-orang ini dan katakan, kalian selalu akan mendengarkan, tetapi kalian tidak pernah mengerti;
Dan kalian selalu akan melihat, namun tidak pernah mengerti. 27 Sebab hati bangsa ini telah menjadi tidak berperasaan, telinga mereka telah menjadi tuli, dan mata mereka telah tertutup; jika tidak, mereka akan melihat dengan mata mereka dan mendengar dengan telinga mereka, memahami dengan hati mereka dan berbalik, dan Aku akan menyembuhkan mereka. 28 Oleh karena itu, hendaklah kalian tahu, bahwa keselamatan yang dari Allah ini telah diberikan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi; dan mereka akan mendengar.”
Kisah Para Rasul adalah kisah perjuangan terakhir Allah dengan orang-orang Ibrani. Sejak Allah memanggil Abraham dan mendirikan bangsa itu, Dia telah berjuang bersama Israel. Di sepanjang Perjanjian Lama, Israel gagal hidup untuk memenuhi informasi dan wahyu yang mereka miliki. Mereka mendukakan hati Allah, mereka melukai hati-Nya, dan penghakiman demi penghakiman demi penghakiman pun datang.
Kemudian, Kristus datang untuk pertama kali ke Israel. Kemudian, pada hari Pentakosta, ketika gereja lahir, Roh Kudus diutus ke tengah-tengah Israel. Ketika gereja tersebar, rasul Paulus pergi ke kota, dan pertama-tama dia pergi ke Israel, ke sinagoga-sinagoga. Dan akhirnya, sekarang kami sampai di Roma. Hanya 10 tahun kemudian pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Yudaisme untuk selamanya.
Apa yang ada saat ini yang disebut Yudaisme hanyalah bayangan samar dari Yudaisme dulu itu. Kota ini dihancurkan pada tahun 70 M. Ini adalah peringatan terakhir yang alkitabiah bagi Israel. Ini adalah kali terakhir Allah mendatangi orang Yahudi terlebih dahulu. Sekarang, kata-kata yang Paulus kutip dalam ayat ini diambil dari Yesaya 6. Tuhan kita Yesus mengucapkannya dalam Matius 13, yang menunjukkan bahwa kerajaan itu akan diambil dari Israel.
Yesus datang ke dunia, lahir dari seorang perawan, Allah yang berinkarnasi, hidup dalam kerendahan hati di antara manusia di Nazaret. Setelah 30 tahun, Dia mengumumkan kepada Israel bahwa Dia adalah Allah, Mesias, Kristus yang hidup, gembala yang baik, kebangkitan dan kehidupan, dan semua gelar ini diberikan kepada-Nya di dalam Injil Yohanes. Dia membuktikan semua klaim tersebut dengan mukjizat-mujizat. Dan apakah tanggapan Israel?
Mereka meragukan Dia, mereka menyangkal Dia, mereka menolak Dia, dan akhirnya, mereka ingin Dia mati, dan mereka mengeksekusi Dia. Dan inilah sisi kedaulatannya: “Agar tergenapi perkataan nabi Yesaya, yang dia ucapkan, ‘Tuhan, siapakah yang percaya pada pemberitaan kami? Kepada siapakah lengan Tuhan ditunjukkan?’” Orang-orang Yahudi tidak percaya. Oleh karena itu mereka tidak dapat percaya.
Dengan kata lain, bangsa non-Yahudi adalah pohon zaitun liar yang akan dicangkokkan ke dalam batang berkat Allah; orang Yahudilah yang akan disingkirkan. Namun Israel akan dicangkokkan kembali jika mereka percaya. “Sebab Allah sanggup mencangkokkan mereka kembali. Kebutaan dari sebagian telah menimpa Israel, hanya sampai jumlah orang non-Yahudi telah masuk secara penuh. Dengan demikian seluruh Israel akan diselamatkan.” Dengarkanlah, Allah akan mencangkokkan Israel lagi. Dia pada akhirnya belum selesai dengan mereka.
Paulus menulis kitab Kolose, dia menulis kitab Filemon, dia menulis kitab Efesus, dan dia menulis kitab Filipi. Dalam surat Kolose, ia memberitahu mereka bahwa Aristarchus ada bersamanya, Lukas ada bersamanya, Markus ada bersamanya, Justus ada bersamanya, Epafras ada bersamanya, Demas ada bersamanya. Dia mengalami saat-saat yang menyenangkan. Dalam Surat Filipi, ia menceritakan tentang keselamatan yang sedang terjadi pada orang-orang.
Dalam pemenjaraannya yang terakhir, ia menulis 1-2 Timotius dan Titus. Mungkin sekitar empat tahun kemudian, dan dalam perjalanan menuju Ostia, akhirnya kepalanya dipenggal. Selama dua tahun penuh ia berkhotbah, ayat 30 – 31, Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah kontrakannya sendiri. Dan dia menyambut semua orang yang mengunjunginya, 31 sambil memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus dengan penuh keberanian dan tanpa hambatan.” Marilah kita berdoa.