Konsep Keselamatan

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Konsep Keselamatan

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2019 · 17 November 2019

Kami telah mempelajari Galatia, dan sekarang kita berada di Galatia 3:14. Tetapi waktu kita mulai ayat 15, kita tahu bahwa ini adalah salah satu bagian Alkitab yang sukar dimengerti, dan itu akan minta perhatian Anda sepenuhnya. Injil Kristen adalah bahwa setiap orang melanggar hukum Allah, yaitu setiap manusia yang pernah hidup, kecuali Yesus Kristus; dan karena itu, kita semua berada di bawah penghakiman ilahi.

Namun Allah bukan hanya seorang hakim, Dia juga penuh anugerah, dan Dia bersedia dan Dia ingin mengampuni orang. Dan dengan demikian kita dapat menghindari konsekuensi dosa kita dengan menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus Kristus, yang mengambil tempat kita di kayu salib dan menanggung hukuman yang seharusnya kita terima. Itulah Injil Kristen. Kristus telah bayar penuh hukuman untuk dosa-dosa kita sehingga keadilan Allah dipuaskan.

Alasannya ada Reformasi dari agama Katolik sekitar 500 tahun yang lalu adalah karena Gereja Katolik telah mengajarkan bahwa keselamatan adalah kombinasi antara iman dan perbuatan. Dan para Reformator memahami bahwa Alkitab mengatakan, "Orang benar akan hidup oleh iman saja." Itu adalah oleh iman, itu terjadi karena anugerah, dan bukan oleh perbuatan. Dan itulah alasannya mengapa ada Reformasi Protestan.

Jadi Paulus menghadapi serangan tentang ini. Dia telah pergi ke suatu daerah yang disebut Galatia, dan dia telah berkhotbah di banyak kota, dan dia mulai bangun sebuah gereja di Galatia. Itu adalah dunia non-Yahudi / Kafir, bagian dari Kekaisaran Romawi. Mereka kebanyakan adalah gereja-gereja yang terdiri dari orang-orang non-Yahudi yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Hukum Musa. Yang mereka dengar hanyalah Injil Yesus Kristus; dan mereka telah diselamatkan.

Beberapa orang Yahudi dari Yerusalem datang ke Galatia yang ingin mengoreksi ajaran Paulus. Dan mereka berkata, “Tidak, keselamatan bukan hanya oleh iman, keselamatan adalah oleh iman ditambah dengan Anda harus mematuhi hukum dan aturan Musa, dan itu termasuk sunatan fisik, upacara dan aturan lainnya.” Mereka berkata kepada orang-orang percaya ini bahwa mereka belum benar-benar lahir kembali.

Mereka tidak benar-benar akan masuk surga. Mereka belum benar-benar menerima Roh Kudus, dan mereka tidak akan menerimanya sampai mereka mulai mematuhi Hukum Musa. Paulus sangat terganggu dengan kejadian ini. Jadi dia menulis surat ini untuk menerangkan bahwa keselamatan terjadi hanya oleh iman dan bukan oleh perbuatan. Keselamatan menghasilkan pekerjaan, tetapi pekerjaan bukanlah persyaratan untuk keselamatan. Perbuatan itu bukan penyebab keselamatan, perbuatan itu adalah efek keselamatan.

Kemudian dalam Galatia 3 dan 4, Paulus mulai argumennya untuk keselamatan oleh iman saja, dan ia mengingatkan mereka tentang pengalaman mereka sendiri. “Kalian sudah selamat,” katanya. "Kalian sudah ditransformasikan. Anda sudah melihat keajaiban kelahiran kembali yang terjadi pada orang-orang di sekitar Anda dan dalam kehidupan Anda sendiri. Anda telah menerima dan mengalami kuasa Roh Kudus itu.

Bagaimana Anda bisa percaya bahwa Anda belum diselamatkan setelah Anda mengalami semua ini? Mengapa Anda percaya orang Yudiazer ini yang mengatakan kepada Anda bahwa keselamatan Anda tidak sah, kecuali jika Anda mematuhi Hukum Musa yang ketat itu? Mengapa Anda percaya hal itu karena Anda sudah mengalami berkat keselamatan dan kuasa Roh Kudus? Itu bodoh untuk menyangkal pengalaman Anda sendiri.

Kedua, dalam ayat 6 Paulus mengatakan bahwa keselamatan itu adalah oleh iman saja, dan itu memang terjadi selalu seperti itu. Dan dia memakai Abraham sebagai contoh. Kejadian 15:6 mengatakan, “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Anda tidak bisa berusaha untuk mendapatkannya; Allah memberikannya sebagai hadiah anugerah bagi orang yang percaya kepada-Nya. Jadi dengan Abraham, keselamatan adalah oleh iman. Dia dibenarkan oleh iman saja dan kita juga dibenarkan dengan cara yang sama.

Selanjutnya, ia tidak dibenarkan dengan mematuhi hukum, karena Hukum itu datang 430 tahun sesudah Abraham. Jadi Abraham tidak mungkin bisa dibenarkan oleh karena kepatuhan pada Hukum Musa dengan sunat, peringatan hari Sabat dll. Orang Yahudi atau bukan Yahudi, dari dulu sampai ke waktu Abraham, semua diselamatkan oleh iman saja; dan itu dijadikan efektif, karena Yesus Kristus menanggung kutuk itu bagi semua orang percaya.

Memang tidak ada persyaratan dalam perjanjian asli di Kejadian 15 itu. Itulah perjanjian sepihak. Dan ketika Allah mengesahkan perjanjian itu dengan Abraham, Dia menyebabkan Abraham tertidur, karena itu bukanlah perjanjian bersama. Dan sebelum dia tidur, Allah menyuruhnya memotong sekumpulan binatang, dan meletakkannya di tanah, dan Allah, dalam awan kegelapan, lewat diantara binatang-binatang itu. Begitulah caranya perjanjian itu disahkan.

Tetapi itu adalah perjanjian sepihak dengan Allah sendiri, “Aku akan memberkati kamu, dan melalui kamu dan melalui benihmu, sang Mesias, aku akan memberkati dunia.” Dan guru-guru palsu Yahudi ini menyatakan di sini bahwa mereka percaya kepada Kristus sebagai Mesias mereka. Tetapi para Yudiazer ini sekarang mengatakan bahwa iman saja itu digantikan oleh hukum, sehingga dengan cara baru ini Anda diselamatkan oleh iman dan perbuatan.

Dan mereka menanyakan, "Jadi mengapa Allah memberikan hukum itu jika kepercayaan kita itu tidak benar?" Jawaban Paulus untuk itu terdiri dari sisa Galatia 3. Kita juga tahu bahwa keselamatan itu adalah oleh iman sesudah waktunya Abraham. Galatia 3:11 mengatakan, “Sudah jelas tidak seorang pun dibenarkan oleh Hukum Taurat dihadapan Allah; karena 'orang benar akan hidup oleh iman.' ”Kalimat itu dikutip dari Habakuk 2:4, yang hidup ratusan tahun setelah Hukum Taurat itu datang.

Jadi sebelum Musa dan setelah Musa, semua orang benar hidup oleh iman saja. Musa dihubungkan dengan hukum Taurat ini, karena dialah orangmya yang diberi hukum Taurat oleh Allah. Tetapi hukum itu tidak mengubahkan sesuatupun. Para nabi tetap berkata, "Orang benar akan hidup oleh iman." Ketika Allah memberikan hukum itu, Dia mengadakan suatu pertunjukan istimewa yang melibatkan keagungan, guntur, kilat, gempa bumi, dan api yang menyala-nyala di Gunung Sinai.

Dan Allah menempatkan hukum itu selama 1.500 tahun sampai saatnya Kristus datang. Mengapa? Jika keselamatan oleh iman sudah ada, mengapa Allah membawa hukum Taurat itu? Jawabannya jelas. Lihatlah ayat 19, “Itu ditambahkan karena pelanggaran.” Ayat 24, “Jadi Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita untuk membawa kita kepada Kristus, sehingga kita dapat dibenarkan oleh iman.” Di sini kita belajar apakah tujuan hukum itu.

Tujuan hukum Taurat adalah untuk memperlihatkan dosa-dosa kita. Dan bukan saja untuk mengungkapkan dosa, tetapi juga untuk mengungkapkan rasa bersalah kita. Dan itu kemudian mendorong orang ke arah Allah dalam pertobatan untuk berteriak dalam iman karena tindakan pertobatan itu akan menghasilkan ada pembenaran anugerah Allah. Hukum diberikan untuk membuat orang tahu betapa besar dosanya. Jadi kita berbicara tentang bagian hukum moral itu. Dan bagian hukum seremonial diberikan untuk memisahkan Israel dari negara-negara lain.

Mereka memiliki hukum diet, hukum masak, hukum pakaian dan hukum Sabat. Mereka memiliki segala macam aturan yang tercantum dalam Perjanjian Lama untuk memisahkan mereka dari bangsa-bangsa di sekitar mereka, karena mereka memang ancaman besar. Jadi hukum eksternal dan fisik ini adalah untuk perlindungan mereka. Allah ingin mempertahankan dan melindungi mereka, supaya mereka bisa menjadi bangsa saksi bagi satu-satunya Allah yang benar, di tengah-tengah bangsa-bangsa politeistis ini.

Nah Abraham telah menerima janji itu, tetapi janji itu tidak jelas tentang dosa. Faktanya, dalam janji Abraham itu tidak dikatakan apa-apa tentang dosa. Tetapi hukum itu ditambahkan 430 tahun setelah Abraham, sehingga pelanggaran itu sekarang jelas. Dan hukum itu mengarahkan kita kepada Kristus. Bagaimana? Seluruh sistem pengorbanan dalam hukum Taurat itu menunjukkan kepada kita bahwa harus ada suatu pengorbanan akhir, suatu pendamaian terakhir oleh Anak Domba Allah, Yesus Kristus.

Ada tiga hal yang perlu diketahui tentang hukum ini. Nomor satu: hukum Taurat adalah sebuah tambahan, Hukum Taurat tidak mengesampingkan perjanjian dengan Abraham itu. Dalam ayat 15 Paulus berkata, "Meskipun itu hanya perjanjian manusia, namun jika itu dikonfirmasi, tidak ada yang dapat membatalkan atau menambahkannya." Kemudian dalam ayat 16, "Sekarang kepada Abraham dan Benih-nya janji ini dibuat." tidak dikatakan, "Dan kepada benih-benih," (banyak orang), tetapi pada satu, "Dan kepada Benihmu," yang adalah Kristus.”

Orang Yahudi membantai jutaan domba dan kambing, terus-menerus sepanjang sejarah mereka sejak Musa, karena Allah berkata, "Darah diperlukan untuk korban penghapus dosa sementara." Dan semua ini menunjuk kepada Kristus. Jadi hukum pengorbanan Perjanjian Lama itu menunjuk mereka ke Penebus. Tetapi hukum moral Perjanjian Lama menetapkan sifat Allah yang tidak berubah.

Selama 500 tahun dari Abraham hingga Musa, tidak ada banyak informasi atau wahyu tentang pertobatan. Tetapi ketika hukum datang, pertobatan ditambahkan dengan kekuatan. Selama 2.000 tahun Allah telah menentukan keselamatan oleh iman yang mengarah kepada Mesias; dan selama 1.500 dari tahun-tahun itu Dia meneguhkan perlu ada pertobatan. Hukum Musa secara moral memberi kita bukti bahwa manusia tidak memiliki kemampuan untuk menebus dirinya sendiri.

Manusia terus-menerus saja melanggar hukum Allah, dan karena itu mereka terus-menerus harus mempersembahkan korban. Dan karena tidak ada yang bisa mematuhi Hukum dengan sempurna, seluruh dunia dinyatakan bersalah. Dan itulah tujuan hukum itu. Abraham menerima persetujuan perjanjian, Musa menerima perjanjian hukum. Abraham membawa janji dan berkat; dan Musa memikul kewajiban untuk mengikuti perintah dan kutukan.

Orang berdosa perlu mengerti, bahwa kita semua telah melanggar hukum Allah, dan kita semua patut dihukum. Tetapi Allah adalah Allah penuh anugerah yang menjanjikan pengampunan dosa dan kehidupan kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya oleh iman saja. Dan oleh iman di dalam Kristus itu, Dia memperhitungkan kebenaran-Nya kepada kita, dan menutupi dosa kita, karena Kristus telah membayar hukuman itu dengan kematian-Nya di kayu salib.

Perjanjian dengan Abraham itu menjanjikan kehidupan. Dalam ayat 11, Paulus berbicara tentang fakta bahwa kita hidup oleh iman. Perjanjian dengan Musa menjanjikan kematian, "Jiwa yang berbuat dosa itu akan mati." "Upah dosa adalah maut." Itulah sebabnya Paulus dalam 2 Korintus 3 mengatakan bahwa perjanjian Musa membunuh. Perjanjian Musa mencapai puncaknya di kayu salib dalam kematian Kristus, yang mati di bawah kutukan Hukum Musa.

Perjanjian Abraham mencapai puncaknya pada kebangkitan, ketika Kristus yang bangkit itu menyediakan hidup bagi umat-Nya oleh iman. Ketika Anda datang ke Injil, apakah Anda dengar apa yang dikatakan Yohanes Pembaptis? “Bertobatlah dan percaya.” Anda harus menyadari bahwa Anda berada di bawah kutukan Hukum Musa, untuk datang kepada Kristus oleh iman, untuk menerima berkat-berkat dari janji Abraham itu.

Hukum itu juga merupakan tambahan sementara. Ketika Allah berjanji kepada Abraham dan Benih-Nya, Dia sedang berbicara tentang Kristus, bukan hanya keturunan Abraham, tetapi benih akhir terakhir yang adalah Kristus. Dia mengatakan itu dalam ayat 16. Jadi ketika Kristus datang, hukum Taurat telah melakukan tujuan besarnya. Hukum itu ditahbiskan sampai Benih itu datang. Itu tambahan saja; artinya itu bersifat sementara.

Ayat 19 mengatakan, "Sampai Benih itu datang" yang menunjukkan bahwa hukum itu bersifat sementara dalam unsur-unsur eksternalnya, tetapi tidak dalam karakter moral Allah yang adalah kekal. Paulus berkata di Kolose 2:16-17, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman, mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; 17 semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.”

Dan Yeremia mengatakan ada perjanjian lain yang datang dalam Yeremia 31, “Lihatlah, Aku akan membuat perjanjian baru dengan kaum Israel. Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka; Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Mereka tidak akan mengajar lagi, dimana masing-masing orang berkata, 'Kenali Tuhan,' karena mereka semua akan mengenal Aku, dari yang terkecil sampai yang terbesar di antara mereka. Karena Aku akan mengampuni kesalahan mereka, dan dosa-dosa mereka Aku tidak akan mengingat lagi.”

Jadi mereka tahu ada sesuatu yang akan menggantikan perjanjian Musa. Yesus berkata dalam Matius 5, “Aku datang bukan untuk melanggar hukum, Aku datang untuk menggenapi hukum.” Ia datang dan menjalankan hukum itu dengan sempurna. Roma 10:4 mengatakan, “Kristus adalah akhir dari hukum untuk kebenaran bagi semua orang yang percaya.” Karena Injil itu adalah perjanjian oleh iman, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan kamu akan diselamatkan.”

Daud tahu bahwa ketika Mesias datang, bukan saja ada perjanjian baru dan kerajaan baru, tetapi akan ada imamat baru. Ketika Mesias datang, imamat Lewi tidak ada lagi. Kristus akan menjadi seorang imam menurut aturan Melkisedek yang hidup dulu di dalam Kejadian sebelum Musa. Jika Anda ada imamat yang berbeda, Anda juga harus memiliki perjanjian yang berbeda.

Jadi ketika Kristus datang, Anda ada perjanjian baru dengan seseorang yang mengesahkan perjanjian itu dengan darah-Nya, yang adalah Raja dari kerajaan baru, dan yang adalah Imam dari imamat baru dan seorang imam kekal. Sekarang kita datang ke masa kini sejak Kristus: hukum itu adalah instruksi. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan dalam hati mereka kerinduan akan Penebus. Tugas utamanya sekarang adalah untuk menunjukkan kepada semua orang kebutuhan besar mereka akan sang Penebus, yakni Kristus.

Tetapi ada satu bagian besar hukum yang masih ada dan itulah hukum moral. Dan hukum moral itu mencerminkan karakter Allah. Apakah hubungannya orang percaya Kristen dengan hukum itu sekarang? Itu adalah instruksi untuk kekudusan. Ada kebohongan lama yang populer bahwa kebebasan itu berarti bahwa kita tidak ada kewajiban terhadap hukum moral Allah. "Kami tidak di bawah hukum, kami berada di bawah anugerah." Tetapi itulah antinomianisme.

Apakah yang dimaksud Paulus dalam 1 Korintus 9:27, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” Pertentangan terhadap hukum melumpuhkan jiwa orang Kristen, karena ia menyangkal kebutuhannya untuk kepatuhan, dan dengan demikian itu menghentikan proses pengudusan itu. Legalisme memisahkan hukum Allah dari kasih-Nya dan anugerah-Nya. Dan antinomianisme memisahkan hukum Allah dari kekudusan-Nya.

Keselamatan itu adalah hubungan dengan Allah. Proses pengudusan itu adalah hubungan dengan Allah. Saya tidak bisa diselamatkan dengan mematuhi hukum, dan saya tidak akan dikuduskan dengan mengabaikan hukum. Jika saya benar mengasihi Allah, saya mengasihi-Nya karena anugerah-Nya dan saya mengasihi-Nya karena kekudusan-Nya. Legalisme itu hilang ketika kita melihat kebenaran tentang anugerah Allah, dan kita menikmati-Nya untuk itu. Antinomianisme itu hilang ketika kita melihat kebenaran tentang kekudusan Allah dan kita menikmati Dia karena itu. Marilah kita berdoa.



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content