Asal Kejahatan

PERSEKUTUAN INDONESIA RIVERSIDE
Go to content

Asal Kejahatan

Persekutuan Indonesia Riverside
Published by Stanley Pouw in 2018 · 2 December 2018

Dunia kita benar asyik dengan masalah asal-usul. Allah telah memberi kita kisah penciptaan dalam kitab Kejadian. Kejadian 1 dan 2 adalah asal mula dari alam fisik, yang kita ketahui. Kejadian 3: 1-7 adalah asal mula kejahatan. Setelah enam hari ciptaan Allah, Dia beristirahat. Segala sesuatu yang telah Dia buat, menurut Kejadian 1:31 adalah sangat baik dan Allah beristirahat. Dia telah menciptakan alam semesta yang sempurna.

Tetapi kita tidak hidup di alam semesta yang sempurna. Dan ada alasannya. Kejadian 3 menunjukkan kepada kita alasan mengapa dunia adalah sebagaimana adanya. Kita melihat bagaimana ular itu berbohong kepada Hawa dan mengatakan bahwa jika dia makan buah terlarang itu, dia akan menjadi seperti Allah, yang tahu kebaikan dan kejahatan dan bahwa dia tidak akan mati. Jadi Hawa mengambil buah itu dan memakannya dan memberikannya kepada Adam yang juga memakannya. Kemudian mereka menyadari bahwa mereka telanjang.

Diagnosis sebenarnya dari kondisi manusia berasal dari peristiwa itu. Allah, pencipta alam semesta, seluruhnya adalah kebaikan dan hanya kebaikan. Dan kebaikan ciptaan-Nya mencerminkan kebaikan sifat-Nya. Allah bukanlah pencipta kejahatan. Jika Allah menciptakan kejahatan, maka Allah adalah baik dan juga jahat. Dan tidak akan ada harapan dimana kebaikan akan akhirnya menang, seperti yang dijanjikan Alkitab.

Jadi ini menunjukkan sumber kejahatan itu asalnya dari luar Allah. Hanya jika sumber kejahatan berada di luar, Allah dapat menaklukkan kejahatan dan dapat menyelamatkan para pendosa dari kejahatan. Evolusi bergantung kepada pembusukan dan kematian, semua itu efek atau refleksi dari kejahatan. Dan jika Allah menggunakan suatu bentuk evolusi, maka ciptaan-Nya tidak semua baik karena ada pembusukan dan kematian. Allah kita tidak jahat.

Allah itu baik seluruhnya dan hanya ada kebaikan. Jadi dari mana datangnya kejahatan? Kita hanya tahu apa yang kita ketahui dari Alkitab. Benar-benar tidak berguna untuk berspekulasi tentang itu. Tidak ada orang yang akan membantah bahwa ada kejahatan di dunia. Tidak semua orang mengakui bahwa kita sepenuhnya rusak dan bahwa kita memiliki dosa asal dalam diri kita. Tapi semua orang mengaku ada kejahatan di dunia.

Bagi Albert Einstein, penghalang intelektual terberat bagi iman Kristen bukanlah masalah Allah yang menciptakan dunia. Dia melihat bahwa alam semesta dirancang sehingga haruslah ada desainer. “Alam semesta mengungkapkan kecerdasan superioritas sehingga itu jauh melebihi semua kecerdasan manusia.” Tetapi Einstein tidak bisa menjelaskan dalam dirinya masalah kejahatan dan penderitaan dengan Allah yang baik dan karena itu dia berpaling dari Allah dalam Alkitab.

Einstein itu salah. Dia bahkan tidak sepenuhnya memahami Allah sebagai kuasa dalam penciptaan, itulah sebabnya dia tidak pernah puas dan mati tanpa benar-benar mengetahui kekuatan sejati di alam semesta itu. Dan pendapat Einstein salah tentang Allah; Allah adalah Allah yang pribadi. Dan Allah tidak bertanggung jawab atas kejahatan. Dan masalahnya Einstein adalah bahwa dia tidak percaya pada Firman Yudaisme sendiri.

Ketika membicarakan asal kejahatan, ada beberapa pilihan. Anda dapat mengambil pilihan Einstein, bahwa ada kekuatan kosmik: semacam kekuatan rasional di luar sana tanpa kepribadian, tanpa hubungan, tanpa kemampuan untuk berhubungan dengan kita, tetapi sesuatu kuasa rasional yang meluncurkan segalanya di alam semesta kita ini. Atau Anda memiliki pandangan bahwa Allah bahkan tidak ada. Itulah pandangan orang ateis intelektual.

Dan karena tidak ada Allah, sebenarnya tidak ada kejahatan dan tidak ada kebaikan alam. Itu hanyalah penentuan pribadi yang dibuat manusia, tetapi tidak ada kebaikan benar atau kejahatan benar. Atau Anda dapat memiliki pandangan bahwa penderitaan dan kejahatan, dan kematian benar-benar tidak ada. Orang Kristen Science percaya hal itu, dan mereka bukan Kristen dan itu bukan ilmiah. Jadi, Anda bisa saja mengambil pendekatan mistik terhadap realitas kejahatan.

Atau, Anda dapat memiliki pandangan, yang semakin populer saat ini, bahwa Allah kekuatan-Nya terbatas. Ini adalah teologi baru di kalangan orang Kristen evangelis dan itu disebut “teologi proses.” Allah sedang dalam proses. Hal-hal buruk terjadi karena Allah tidak sanggup menghentikannya. Rabbi Kushner yang menulis "Ketika Hal Buruk Terjadi pada Orang Baik" percaya bahwa Allah masih belum berdaulat.

Satu pandangan lain adalah bahwa Allah menciptakan kejahatan. Dan ada orang yang mengajarkan bahwa Allah menciptakan kejahatan dengan tujuan baik. Dia ingin mempengaruhi beberapa tujuan baik dan dia perlu kejahatan untuk melakukannya, jadi Dia menciptakan kejahatan dengan tujuan baik. Tak satu pun dari itu benar. Terlepas dari apa yang dipikirkan Einstein, Allah itu pribadi, dan Allah itu relasional, dan Allah itu baik. Allah memang ada, demikian juga dosa, demikian pula penderitaan, dan demikian pula ada kematian.

Kebenarannya adalah bahwa Allah tidak bertanggung jawab atas kejahatan; ciptaan-Nya bertanggung jawab. Segala sesuatu yang diciptakan Allah itu sangat baik. Ini ditegaskan sepanjang Alkitab. Habakuk 1:13 mengatakan, “Mata Allah lebih murni dari pada menyetujui kejahatan atau melihat kejahatan. Dia tidak dapat membiarkan ada kefasikan.” 1 Korintus 14:33 mengatakan, “Allah bukanlah pencipta kebingungan.” 1 Yohanes 1:5 mengatakan, “Allah itu terang dan di dalam Dia tidak ada kegelapan sama sekali.”

Yakobus 1:13 mengatakan, "Allah tidak dapat dicobai dengan kejahatan, Dia tidak mencobai siapa pun." 1 Yohanes 2:16 mengatakan, "Semua yang ada di dunia," segala kejahatan, “keinginan daging, nafsu dari mata, dan kesombongan hidup bukan dari Bapa.” Mazmur 5:4, “Orang yang senang melakukan kejahatan bukan dari Allah, kejahatan tidak akan berdiam di kalian.” Dan di dalam Yesaya 6 kita mendengar seruan malaikat bahwa Allah itu suci, suci, suci.

Anda melihat itu sekilas, ketika Yesus datang ke dunia, Allah dalam daging manusia. Dia kudus, tidak najis, dan terpisah dari para pendosa. Allah tidak jahat. Dia tidak bisa digoda untuk melakukan kejahatan. Allah tidak bertanggung jawab atas kejahatan. Sumber kejahatan, sumber dosa itu ada di luar Allah. Ketika Allah menciptakan para malaikat dan Allah menciptakan manusia, Dia memberi mereka kecerdasan, Dia memberi mereka kemampuan untuk berpikir, dan Dia memberi mereka pilihan.

Kecerdasan memberikan mereka kemampuan untuk memahami berbagai hal. Memiliki akal memberi mereka kemampuan untuk memproses pemahaman itu menjadi perilaku. Dan pilihan memberi mereka kebebasan untuk menentukan perilaku itu. Kecerdasan, akal dan pilihan. Dan dengan kemampuan yang mereka miliki untuk memproses informasi itu, mereka akan memilih. Dan apakah itu malaikat atau manusia, mereka memiliki pilihan untuk menaati Allah atau tidak menaati Allah.

Dan tidak menaati Allah adalah permulaan kejahatan. Kejahatan itu bukanlah kehadiran sesuatu, kejahatan adalah ketiadaan kebenaran. Kejahatan itu negatif. Kejahatan adalah ketiadaan kesempurnaan. Itu artinya tidak ada kekudusan. Itu adalah ketiadaan kebenaran. Kejahatan menjadi kenyataan hanya ketika ciptaan memilih untuk tidak taat. Kejahatan muncul pada awalnya malaikat jatuh dan kemudian pada waktu kejatuhan Adam dan Hawa.

Kejahatan itu bukanlah makhluk. Kejahatan bukanlah suatu kekuatan. Kejahatan adalah kekurangan kesempurnaan moral. Allah menciptakan kesempurnaan yang mutlak. Di mana pun kekurangan itu ada, ada dosa. Dan itu tidak bisa ada dalam sifat Allah atau dalam segala hal yang diciptakan Allah. Kejahatan muncul ketika ciptaan Allah gagal dalam memenuhi standar kesempurnaan moral. Tetapi Allah memutuskan untuk memakai kejahatan sebagai bagian dari rencana kekal-Nya.

Firman Allah selalu menetapkan rasa bersalah dan tanggung jawab untuk semua dosa kepada ciptaan, tidak pernah kepada Allah. Kita tahu bahwa Allah itu kudus, Dia terlalu murni untuk melihat kejahatan, Dia tidak bisa mentolerir kejahatan. Kita tahu Dia tidak mencobai manusia, dan tidak dicobai siapa pun. Dia adalah terang seluruhnya dan tidak ada kegelapan. Allah bukanlah pencipta kebingungan. Dosa terjadi ketika standar kesempurnaan moral tidak terpenuhi.

Mengapa Allah mengizinkan dosa? Nomor satu, itu membawa keselamatan kepada orang-orang berdosa. Allah harus mengizinkan ada dosa supaya Dia bisa menyelamatkan orang berdosa. Mengapa Allah ingin menyelamatkan orang berdosa? Untuk menunjukkan ciri-ciri-Nya itu yang kalau tidak, tidak akan terwujud. Bagaimana Allah dapat menunjukkan anugerah-Nya jika tidak ada pendosa? Bagaimana Allah dapat menunjukkan belas kasihan-Nya jika tidak ada pendosa?

Itu adalah bagian dari sifat Allah yang Dia ingin mempertunjukkan untuk kemuliaan-Nya sendiri sepanjang kekekalan. Dia juga ingin memperlihatkan kasih, kasih yang sanggup menjangkau jauh, yang bahkan dapat menjangkau musuh-musuh-Nya sendiri yang membenci-Nya. Bagaimana Dia akan menunjukkan hal itu jika Dia tidak ada musuh? Jadi, Allah mengizinkan kejahatan agar Dia dapat mempertunjukkan kasih karunia dan belas kasihan dan pengampunan dan keselamatan.

Kedua, Dia mengijinkan kejahatan agar Dia bisa memperlihatkan murka-Nya. Bagaimana Allah dapat menyatakan bagian dari sifat kekal-Nya itu, jika tidak ada kesempatan untuk menghakimi orang berdosa? Lihatlah sejarah penebusan dan Anda melihat keselamatan orang berdosa dan kutukan orang berdosa. Dan Anda melihat pada akhirnya tempat yang disiapkan bagi mereka yang terkutuk dan tempat yang disiapkan bagi mereka yang diselamatkan.

Ketiga, Allah mengijinkan dosa agar Dia dapat menghancurkannya untuk selamanya. Selama semua ciptaan-Nya memiliki suatu ukuran kebebasan, selama ciptaan-Nya memiliki kecerdasan, yaitu mereka dapat mengetahui dan berpikir, yaitu mereka dapat memproses pengetahuan itu terhadap perilaku. Selama mereka dapat memilih apa yang harus dilakukan, dan selama mereka memiliki kapasitas itu, ada potensi untuk gagal dalam memenuhi standar Allah.

Kita tidak tahu berapa lama waktunya sebelum Lucifer memilih yang salah di hadapan Allah. Balkan di Taman kita tidak tahu berapa lama waktunya sebelum Adam dan Hawa memilih yang salah, tetapi itu pasti sebelum mereka mempunyai anak. Jadi ada kemungkinan ada pilihan yang salah di sana. Ukuran kebebasan diberikan kepada semua ciptaan dimana mereka dapat memilih untuk menghormati Allah, atau memilih untuk mencemarkan-Nya.

Lucifer adalah sumber kejahatan pada awalnya di alam malaikat dan seperti yang akan kita lihat, dia mendapat sepertiga dari malaikat lain untuk bergabung dengannya. Sekarang, karena malaikat tidak beranak, Lucifer tidak memberikan dosanya, karena para malaikat tidak menikah dan tidak diberikan dalam pernikahan, seperti dikatakan Yesus. Mereka semua diciptakan sekaligus. Tetapi ketika Setan membuat pilihan yang buruk, ia berhasil merayu sepertiga dari para malaikat lainnya.

Jadi, ada dua kali lebih banyak malaikat kudus daripada setan-setan karena sepertiga jatuh, dan dua pertiga tidak. Tetapi mereka jatuh, karena pilihan mereka. Hal yang sama terjadi pada Adam dan Hawa, tetapi efeknya berbeda. Dengan malaikat mereka semua berdosa dosa mereka sendiri dan dosa mereka tidak disampaikan kepada malaikat lain karena mereka tidak menghasilkan anak. Ketika Adam dan Hawa membuat pilihan yang salah, semua manusia menjadi berdosa karena kita semua adalah keturunan mereka.

Dalam Kejadian 3 kita bertemu dengan ular, ‘nachash’ dalam bahasa Ibrani. Kemudian di ayat 14, bagian dari kutukan pada ular ini adalah bahwa dia akan bergerak dengan perutnya dan memakan debu. Jadi, ketika ular pertama kali muncul di Taman, dia belum merayap di perutnya. Ada kata lain di Perjanjian Lama yang digunakan untuk berbicara tentang reptil, ‘tanin’ dan kedua kata digunakan secara bergantian, meskipun ‘tanin’ adalah kata untuk naga atau raksasa laut.

Dalam Perjanjian Baru, Setan dalam Wahyu 12 dan Wahyu 20, disebut keduanya, ular dan naga. Nah, ini adalah reptil khusus karena reptil ini bisa bicara. Ada keajaiban di Taman, dan Adam dan Hawa masih baru menemukan keajaiban-keajaiban. Hawa tampaknya tidak terkejut ketika reptil ini datang dan memulai percakapan. Ular itu berkata, “Apakah benar Allah berkata bahwa Anda tidak boleh makan dari pohon-pohon di Taman?"

Binatang khusus ini tahu tentang Allah dan memiliki pikiran jahat dan berliku-liku. Ini bukan cerita dengan moral. Rabi-rabi Yahudi mengatakan bahwa ular itu tidak benar-benar berbicara kepada Hawa tetapi si penulis, Musa, menggunakan ular itu sebagai simbol dorongan jahat yang naik di dalam hati Hawa. Kemudian, mengapa Allah mengutuk reptil ini? Mengapa orang tidak bisa percaya Alkitab berdasarkan apa yang dikatakannya? Ini persis terjadi seperti itu karena Firman Tuhan dapat dipercaya.

Menjadi licik bukanlah referensi terhadap karakter ular. Dia membandingkan reptil ini dengan semua binatang lain dan mengatakan ini lebih bijak daripada binatang lain. Tapi ini adalah binatang licik dan jahat karena digunakan oleh kecerdasan supra manusia untuk menuntun Hawa dan Adam memilih kejahatan yang telah dipilih kepribadian ini sendiri. Dan iblis di dalam binatang itu tahu efek dari pilihan Adam dan Hawa.

Setan pengetahuannya lebih banyak. Dia tahu tentang larangan itu. Dia tahu bahwa Allah berkata, janganlah makan dari pohon itu. Dia mengklaim bahwa dia lebih tahu daripada Hawa. Dalam ayat 4, sang ular berkata kepada Hawa, “Kamu pasti tidak akan mati.” Saya lebih tahu daripada Anda. Tetapi iblis tahu bahwa ketika Anda berusaha untuk menjadi seperti Allah, hasil akhirnya adalah rasa malu, degradasi, kesengsaraan, dan kutukan. Itulah yang dia alami sendiri.

Dalam 2 Korintus 11:3, Paulus berkata, “Tetapi saya khawatir pikiranmu akan tergoda untuk tidak setia lagi kepada Kristus, sama seperti Hawa dahulu juga tergoda oleh kelicikan si ular.” Ini adalah penegasan Perjanjian Baru pada realitas kisah Kejadian. Ini penting karena ini membuktikan bahwa ini adalah representasi historis yang akurat. Ini mendukung bahwa pria adalah kepala wanita, dan ketika bertindak sendiri, dia lebih rentan terhadap penipuan.

Itu juga benar dalam 1 Timotius 2: 13-14, bahwa pola dari apa yang terjadi di Taman didukung Perjanjian Baru. 1 Timotius 2:13, “Bukan Adam yang tertipu,” Kalau Adam tidak tertipu, siapa yang ditipu? Hawa ditipu, dan Adam hanya mengatakan, jika Anda akan melakukan itu saya akan melakukannya juga. Tidak ada penipuan. Itu menegaskan cerita secara tepat apa yang dikabarkan dalam Kejadian.

Iblis tidak bisa membuat Anda berdosa. Ketika Anda berdosa, Anda bertanggung jawab sendiri. Dan Adam dan Hawa sepenuhnya bersalah atas dosa mereka. Iblis mengira dia bisa menjadi seperti Allah. Tetapi dia tidak mahatahu, dia tidak mahakuasa, dan dia tidak mahahadir. Dan dia tidak abadi atau berdaulat. Dia sebagai ciptaan sama sekali tidak seperti Allah. Ia berfungsi hanya dalam kedaulatan Allah untuk menyelamatkan orang berdosa dan menghancurkan kejahatan.

Nama utama iblis adalah Setan. Ia disebut Setan dalam Wahyu 12: 9 dan Wahyu 20: 2, dan ia juga disebut itu dalam Perjanjian Lama. Tiga kali dalam tiga bagian, ia diidentifikasi dengan nama Setan. Setan adalah kata yang berarti musuh, atau lawan. Dia adalah musuh Allah, dan dia adalah musuh manusia. Dan dia akan terus mencoba memancing kita ke dalam kehancuran.

Setan sendiri dapat mengubah dirinya menjadi malaikat terang. Tetapi menurut Yohanes 8:44, “Dia adalah seorang pembunuh sejak awal, dan tidak berdiri dalam kebenaran, karena tidak ada kebenaran dalam dirinya. Ketika dia berbicara dusta, dia berbicara dari sumbernya sendiri, karena dia adalah pembohong dan adalah bapaknya.” Lakukanlah apa yang dikatakan Efesus 6:11, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, agar Anda dapat melawan tipu muslihat iblis,” terutama waktu sekarang. Marilah kita berdoa.



JOIN OUR MAILING LIST:

© 2017 Ferdy Gunawan
ADDRESS:

2401 Alcott St.
Denver, CO 80211
WEEKLY PROGRAMS

Service 5:00 - 6:30 PM
Children 5:30 - 6:30 PM
Fellowship 6:30 - 8:00 PM
Bible Study (Fridays) 7:00 PM
Phone (720) 338-2434
Email Address: Click here
Back to content